December 2010

Saturday, December 11, 2010

3 Sahabat




3 SAHABAT
Karya   : Yoga Putra Prathama

Sudah enam tahun lamanya persahabatan mereka, suka duka mewarnainya selama ini. Wilson, Widdy, Wenny  tiga sahabat yang tak terpisahkan sejak masih SMP hingga duduk di bangku SMA, mereka satu sekolah dan satu kelas atau sering disebut dengan Geng Triple Dableyu.
Suasana ramai di pinggiran kota Depansar, lampu – lampu berjajar disepanjang jalan, pusat - pusat perbelanjaan, pertokoan ramai dikunjungi orang di malam ini. Mobil simpang - siur tak kunjung henti. Di sebuah restoran yang tidak begitu mewah, mereka bertiga sedang asyik menyantap hidangan makan malam.
          “Oya Wid …. ngomong – ngomong tante lu marah gak kalau kita orang jalan bareng malem – malem gini”. Tanya Wilson.
          “Eh Wil … ya jelas enggak lah!!,, Dia tu di rumah sendiran lagi, tantenya kan lagi di luar kota”. Sahut Wenny sambil mengaduk minumannya.
          “Yeee . . . . ni orang main nyolot aja”. Jawab Wilson dengan suara ngejek.
          “Gag kok Wen, gue di rumah sama Bi Nah, yang selalu menemani gue saat gue sedih, gue selalu curhat sama Dia”.“Udah tiga tahun ini bokap nyokap gue di luar negeri. Kata mereka akhir bulan ini akan balik ke Denpasar, Tapi gue ragu soalnya di sana mereka sibuk dengan job – job yang harus Dia selesaikan beberapa tahun ini”. Jawab Widdy dengan suara sedih dan berat.
          “Owh,, jadi gitu. Pantes aja akhir – akhir ini lu kelihatan murung, gue kira ada masalah apa, habisnya lu gak mau cerita ke kita orang”. Wenny mendekati Widdy.
          “Bener Wid apa yang dikatakan sama Wenny. Lu tahu kan, kita bertiga udah lama bersahabat, kalau lu ada masalah apapun cerita donk sama kita orang, sapa tahu kami berdua bisa bantu lu, bener gak !!”. Jawab Wilson dengan menatap Wenny.
          “Bener tu Wil, gue dukung lu ….” (sambil menganggukkan kepala).
          (sambil memegang kedua tangan Wilson dan Wenny). “Thanks ya friend udah mau mensuport gue”. Jawab Widdy dengan suara lirih.
Tidak terasa waktu menunjukan pukul sepuluh malam. Mereka bertiga meninggalkan restoran bersama – sama, berjalan kaki menuju halte terdekat, duduk bertiga menunggu taxi melintas. Tidak begitu lama taxi yang ditunggu – tunggu datang juga. Mereka segera menaiki taxi tersebut,  Wilson dan Wenny duduk berdua di belakang sopir, dan Widdy memilih untuk duduk di depan samping sopir. Taxi itu melaju capat karena sedikit kendaraan yang berlalu-lintas di jalan ini. Canda tawa mewarnai kesunyian malam di dalam taxi tersebut. Mereka bertiga bernyanyi riang kala itu. Sesaat Widdy terpikir akan Wilson.
          (terbenak di dalam hatinya). “Sejujurnya dari dulu gue dan Wenny ada rasa suka sama Wilson, Tapi seandainya gue terus terang sama Wilson, mungkin persahabatan ini akan berakhir, sebaiknya gue pendam rasa ini sampai tiba saat waktunya untuk mengungkap ke Wilson. Dan Wenny, gue tahu dia sudah lama suka sama Wilson, tapi perasaan itu tidak dia tunjukkan kalau Wenny suka sama Wilson”. (Widdy termenung dengan Handphone di tangan).
          “Wid … Wid …!!”.(Wilson memukul pundak Widdy)
          “Hey………! Kita sudah berhenti tepat depan gerbang rumah lu”. Sahut Wilson dengan suara agak keras.
          (kaget) “owh i…i…iya, maaf gue tadi gak denger”. Jawab Widdy
          “Ini udah malem Wid, gak usah mikir yang enggak – enggak, besok kita sekolah?”. Tanya Wenny.
          “Makasih ya friend udah mau ngajak gue jalan malam ini”. Ujar Widdy.
Widdy segera turun dan langsung menuju ke dalam rumah. Dia langsung berlari menuju ke kamar tidur. Duduk terdiam sambil memandang ke arah jedela kamar. Bi Nah kaget melihat Non Widdy berlari tanpa ngomong  apapun kepadanya.
          “Non,,, Non,, ada apa Non !!!”. Seru Bi Nah sambil mengetuk pintu kamarnya.
          “Gak kok Bi,, Widdy cuma capek aja, Widdy mau tidur Bi”. Ujar Widdy dengan suara keras.
          “Yaudah, sebelum tidur baca doa dulu ya Non”. Sahut Bi Nah.
          “Iya Bi…”. Ujar Widdy.
Sebelum tidur Widdy teringat saat Wilson dan Wenny duduk berdampingan saat itu.
“Kenapa ya, perasaan gue tu gimana gitu, atau mungkin gue jealous liat mereka berdua bersama – sama”. Ujar Widdy dalam hatinya.
“Enggak………Enggak……….Enggakkk!!! gue gak boleh suka sama si Wilson. Jerit Widdy seraya membanting bantal tidurnya.
“Kalau ada kesempatan, besok gue akan ngomong langsung ke Wenny, dia beneran suka apa nggak sama Wilson”. Lanjut Widdy. Sesaat Widdy teringat kalau besok ada Ulangan Matematika dari Bu Anita. “Astaga!, besok ada ulangan Matematika. Aduuuhhh!! kalau nilai gue ancur besok apa kata temen gue”.
Widdy segera mengambil buku matematikanya, duduk terpaku sambil menggoyangkan penanya kesana – kemari. Soal demi soal sudah ia kerjakan, Lembaran – lembaran materi sudah Ia pelajari. Tak terasa pukul duabelas tepat tengah malam, Ia segera membereskan buku – buku nya dan beralih ke tempat tidur untuk mengistirahatkan otaknya yang tengah lelah itu.
********

          Tanpa sengaja ia bangun pukul tujuh limabelas menit. Jam wakernya mati, jadi Ia harus terlambat untuk masuk sekolah. Di mana seperti biasa upacara pagi dimulai pukul 06.30 WITA dan berakhir pukul 07.15 WITA. Ia langsung berangkat sekolah tanpa sarapan, dan tanpa pamit dengan Bi Nah. Setelah tiba di Sekolah Widdy terbengong melihat semua pintu gerbang tertutup. Terlihat satpam yang sedang bertugas, Ia segera menuju kesana untuk membuka gerbangnya supaya Ia bisa mengikuti ulangan matematika.
          “Pak, Tolong pak saya terlambat, bukakan gerbangnya ya pak tolong pak!!!. Ujar Widdy dengan suara memelas.
          “Aduh Non,, kenapa terlambat Non, percuma Non datang sekarang semua kelas lagi pada belajar”. Sahut Satpam.
          “Saya bangun kesiangan pak,,, ayolah pak ya pak yaaa????”. Rintih Widdy.
          “Baik Non akan  saya bukakan,, Sabar ya Non?”. Ujar Satpam.
Tanpa basa – basi lagi Widdy langsung berlari sekuat tenaga menuju ke kelasnya. Dengan napas terengah – engah, akhirnya sampailah di depan kelasnya. Ia segera mengetuk pintu dan bertemu dengan Bu Anita agar diperbolehkan mengikuti ulangan hari ini.
          “Tok……tok……tok”. Pintu kelas berbunyi. “Permisi Bu, boleh saya masuk”. Lanjut Widdy.
          “Kenapa kamu telat ?” Sahut Bu Anita sambil menghampiri Widdy.
          “Maaf, bu tadi saya bangun kesiangan dan boleh saya masuk bu, saya mau ikut ulangan matematika hari ini? Ujar Widdy.
          “Tidak Wid, kamu tidak boleh mengikuti ulangan hari ini juga, bukannya kita sudah sepakat kalau terlambat tidak boleh mengikuti ulangan saat itu juga, kamu ngerti”. Tegas bu Anita.
          Sesaat Wenny dan Wilson merencanakan sesuatu yaitu dia akan memtuskan untuk tidak mengikuti ulangan saat itu.
          “Buu,,! Saya dan Wilson sepakat untuk tidak mengikuti ulangan yang ibu berikan, karena kami telah berjanji kalau dari kami bertiga ada masalah atau apapun  kita tanggung bersama – sama”. Ujar Wenny dengan nada keras.
          “Ohhh,,, gitu ……, baik sekarang juga kalian bertiga keluar, keluar dari kelas ini”. Dengan suara keras.
********

Satu minggu berlalu ia lewati, perasaan suka akan Wilson masih tertanam di hati Widdy dan Wenny. Dia tidak mau mengungkapkan apa yang ada di isi hatinya saat ini.
Tak disangka – sangka oleh Widdy bahwa Mama dan Papanya akan tinggal menetap di luar negeri karena perpanjangan kontrak antar perusahaan yang dimiliki oleh papanya. Hati Widdy hancur ketika mendengar kabar bahwa Dia akan melajutkan sekolahnya di luar negeri hingga dia dewasa kelak. Dengan sangat menyesal dia akan meninggalakan sahabatnya yang sudah lama ia kenal untuk berpisah selamanya. Widdy tidak akan bicara hal itu kepada temannya untuk saat ini, dan dia akan menceritakan saat sesampainya dia di bandara untuk mengungkapkan semuanya.
           Widdy yang kala itu ditemani oleh Bi Nah merasa sedih dan kehilangan. Saat itu dia mengambil telepon genggamnya untuk memberi kabar tentang keberadaan dia sekarang dan suruh menemuinya saat itu juga. Saat mendengar kabar itu Wenny dan Wilson bertanya – tanya dalam hatinya, mengapa Widdy suruh menemuiku saat ini di bandara.
          Tak lama kemudian mereka berdua tiba di bandara. Mereka mencari di mana keberadaan Widdy sekarang, teryata setelah berjalan tak begitu lama akhirnya Widdy dan Bi Nah yang ia lihat sedang duduk termenung sambil menundukkan kepalanya. Dia menghampiri Widdy dan langsung memeluknya.
          “Wid, kenapa wid, kenapa kamu menangis di saat kami berdua datang dan kenapa kamu ada di bandara, atau mungkin kamu akan pergi meninggalkan kita”. Tanya Wenny sambil meneteskan air mata.
          “Ayo Wid, jawab Wid, ada apa”. Ujar Wilson sambil menatap Widdy.
          (Widdy sambil meneteskan air mata). “Kalian berdua adalah sahabat yang paling segalanya buat aku, dan sekarang ini adalah pertemuan terakhir aku bisa melihat kalian berdua, karena aku akan melajutkan sekolah aku ke luar negeri mungkin aku tidak akan pernah kembali ke sini lagi. Jawab Widdy sambil memenggang tangan Wenny dan Wilson”.
          “Ada yang ingin aku bicarakan sama kamu Wil”.
          “Apa yang akan kamu katakan Wid, katakan”.
          “Sebenernya dari dulu aku sayang sama kamu, tapi aku mencoba untuk memendam rasa itu dan aku takut jika aku ungkapkan rasa itu persahabatan kita bakal kacau dan satu lagi, selain aku ada seseorang yang dari dulu ingin menyatakan cintanya ke kamu dan aku ingin kamu katakan bahwa kamu bersedia untuk menjadikannya pacar yang setia untuk mendampingimu”.
          “Jadi selama ini lu suka ma gue,, dan siapa orang kamu maksud itu Wid, sapa??? katakan sekarang juga, aku bersedia untuk menyatakan rasa cinta ku ke orang itu di depan kamu Wid”. Ujar Wilson dengan perasaan cemas.
          Tanpa panjang lebar Widdy langsung menceritakan sebenarnya siapa yang mencintai Wilson dari dulu.
          “Seseorang yang selama ini kita bersahabat dan sekarang dia ada di sampingmu”.
          “Apaa …… !!!”. Wilson kaget medengar ucapan itu.
          “Benar…,, dia adalah Wenny, sebenernya aku ingin menyatakan rasa cintaku ini ke kamu, tapi itu mustahil aku akan pergi selamaya untuk berpisah saat ini dan kamu tahu Wenny adalah gadis cantik, perhatian, baik dan dia sangat mencintai kamu, iya kan Wen ??”.
          “Ehmm,,,, I,,,,i,,,iya, itu semua benar aku memang suka ma kamu, dan sebelum Widdy pergi aku ingin mengungkapkan bahwa aku sayang kamu, aku ingin jadi pacar kamu, kamu maukan ??”.
         
Tanpa banyak kata, akhirnya Wilson menerima Wenny untuk menjadikan pacarnya yang akan menemaninya setiap saat. Widdy merasa senang kala itu namun ia juga merasa sedih akan meninggalkan mereka berdua.


*******